Trenggalek Berteman Hati

Trenggalek Berteman Hati
Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Trenggalek kota. Kabupaten ini menempati wilayah seluas 1.205,22 km² yang dihuni oleh ±700.000 jiwa.[1] Letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo; Sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung; Sebelah selatan dengan pantai selatan; dan Sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan.
Salah satu tokoh terkenal di Trenggalek adalah Menak Sopal, salah seorang bupati atau pengusasa Trenggalek. keterangan resmi mengenai Menak Sopal belum banyak ditulis, akan tetapi situs berupa makam dapat dijumpai di dusun Bagong, kelurahan Ngantru, kecamatan Trenggalek. Menak Sopal dikenal sebagai pahlawan bagi kaum tani di Trenggalek, usahanya untuk membangun sebuah dam atau waduk beserta saluran irigasi yang menyertainya berkembang menjadi sebuah legenda yang mengiringi tradisi sedekah bumi yang sampai saat ini dilaksanakan oleh kaum tani di kelurahan Ngantru pada bulan Sela. konon, saat membangun waduk tersebut, Menak Sopal dan pengikutnya mengalami kesulitan karena selalu saja bangunan yang membendung kali Bagong itu jebol. setelah bertapa beberapa hari akhirnya, Menak Sopal mengetahui jika penyebab jebolnya bangunan waduk tersebut karena ulah siluman bajul putih yang menguasai sungai tersebut. setelah bertemu dengan siluman bajul putih, akhirnya sang siluman bersedia untuk tidak mengganggu pekerjaan besar Menak Sopal dengan meminta tumbal seekor gajah yang berkulit putih pula. singkat cerita dengan sedikit tipu muslihat, Menak Sopal berhasil menyediakan tumbal Gajah Putih kepada Bajul Putih. Untuk diketahui pemilik Gajah Putih di daerah Wengker hanya ada satu orang yaitu seorang janda di daerah Ponorogo.

Senin, 29 Maret 2010

Pariwisata di Trenggalek - Larung Sembonyo

                                                          Upacara adat Larung Sembonyo
                                                           letak1.jpg
Mitos masyarakat teluk Prigi tentang pembuatan kawasan teluk Prigi merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo.

Masyarakat Prigi hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka merasakurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyoyang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya sertaalam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari seninKliwon setiap tahun.

Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitandengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan saranaunutuk menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan telukPrigi. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagaipahlawan sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika merekamelalaikan takut ada gangguan, sulit dalam penanngkapan ikan, panenpertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

Upacara Larung sembionyo pada tahun 1985 dilaksanakan secarabesar-besaran setelah sebelumnya terhenti akibat situasi politik.Peringatan saat itu dibantu Pemda kab. Trenggalek dalam rangka promosiwisata.Upacara Sembonyo dilaksanakan penuh syarat syarat, dan beranekaragam larangan. Hal ini mempengaruhi watak masyarakat Prigi, khususnyamasyarakat nelayan yang membutuhkan ketekunan, ketabahan dan keberanianmenantang maut, yang mengintai setiap saat. Laut ladangnya, laut tempatrejekinya.

Dimana dilakukan upacara sembonyo?
Larungsembonyo dilaksanakan di Teluk Prigi, Desa Tasik madu atau KaranggongsoKec. Watulimo. Upacara adat atau upacara tradisional lainnya yangtempat pelaksananaannya didesa Tasik madu, Prigi, Margomulyo,Karanggandu, dan Karanggongsoitu disebut dengan berbagai istilah:sedekah laut; larung sembonyo; upacara adat sembonyo; mbucal sembonyo;bersih laut.

Alat alat perlengkapan.
Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan berupaboneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknyasepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkapdengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan danmengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersandingdiatas perahu ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruanterbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi hiasan bungakenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai, makaperlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atausesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkawinantradisional jawa.

foto1.jpgTiruanmempelai yang disebut Sembonyo itu berkaitan dengan mitos setempatmengenai terjadinya tradisi larung sembonyo. Tradisi ini bermula darisuatu peristiwa yang dianggap pernah terjadi , yaitu perkawinan antarRaden Nganten Gambar Inten, dengan Raden Tumenggung Kadipaten AndongBiru. Raden Nganten Gambar Inten juga terkenal dengan nama radenNganten Tengahan.

Perkawinan itu dilaksanakan sebagai syarat keberhasilan RadenTumenggung Andong Biru Atau Raden Tumenggung Yudo negoro membuka hutanwilayah teluk Prigi dan sekitarnya untuk dijadikan daerah pedesaan,yang sebelumnya dikenal sebagai hutan yang sangat angker dan tidakdapat dihuni manusia.

Pelaksanaan upacara adat larung sembonyo menggambarkan kesibukankeluarga yang punya hajat mengawinkan dan mengadakan pesta untukmemeriahkan perkawinan itu.

Pelarungan sembonyo dan berbagai asahan dan sesaji didorong oleh niat,harapan dan permohonan untuk mendapatkan keselamatan dan memperolehhasil dari laut dan daratan yang melimpah.

foto2.jpgPerkawinanitu dilaksanakan pada hari senin kliwon , bulan selo, dimeriahkandedngan kesenian Tayub selama 40 hari 40 malam. Bertolak dari dongengitulah upacara adat Larung Sembonyo dilaksanakan dari tahun ke tahunoleh masyarakat teluk Prigi sampai sekarang.

Secara garis besar tahap tahap upacara adat Larung Sembonyo dibagimenjadi dua tahap persiapan yang meliputi: malam widodaren membuatsembonyo, kembar mayang, menyiapkan encek /sesaji serta menyiapkankesenian jaranan untuk penggiring dan tahap pelaksanaan.


Sedangkan tahap pelaksanaan upacara Larung sembonyo: arak-arakandiberangkatkan dari kantor kecamatan watulimo menuju tempat pelelanganikan yang telah dihiasi layaknya pesta perkawinan. Sembonyo diusungyang diriingi para petugas upacara dalam formasi tertentu.

Setelah dilakukan suguh, maka sembonyo ditaruh diatas gethek kemudian dilarung kelaut lepas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar